Sebagian pemimpin wilayah Asia Pasifik berfoto dalam penutupan KTT APEC di Bali (8/10). (AP/Dita Alangkara)
NUSA DUA, BALI — Pertemuan para pemimpin
ekonomi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Nusa Dua, Bali,
berakhir Selasa sore (8/10) menghasilkan tujuh poin kesepakatan.
Disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam keterangannya pada jumpa pers, poin pertama adalah bahwa semua anggota APEC sepakat untuk meningkatkan kerja sama guna mencapai Deklarasi Bogor.
Deklarasi Bogor dihasilkan pada KTT APEC 1994 di Bogor, yang bertujuan untuk menurunkan bea cukai hingga nol dan 5 persen di lingkungan Asia Pasifik, untuk negara maju paling lambat 2010 dan untuk negara berkembang selambat-lambatnya 2020.
Poin kedua adalah para anggota APEC sepakat untuk meningkatkan perdagangan intra-APEC. Sejalan dengan upaya meningkatkan perdagangan, para pemimpin ekonomi APEC juga menyepakati deklarasi yang mendukung sistem perdagangan multilateral dan sepakat untuk memastikan keberhasilan pelaksanaan konferensi organisasi perdagangan dunia (WTO) pada Desember mendatang di Bali.
Poin ketiga adalah tercapainya kesepakatan untuk mempercepat konektivitas APEC,
“Kita sepakat untuk mempercepat konektivitas APEC, baik fisik, institusional, maupun antar masyarakat. Hal-hal tersebut diwujudkan melalui pengembangan dan investasi di bidang infrastruktur. Pandangan bahwa konektivitas dapat membantu mengurangi biaya produksi dan transportasi, memperkuat rantai pasokan regional, dan meningkatkan iklim usaha di daerah,” ujarnya.
Poin keempat adanya komitmen untuk mencapai keseimbangan, dan pertumbuhan global yang inklusif dan berkelanjutan, sedangkan poin kelima menjaga sumber daya alam yang terbatas.
“Yang keenam kita sepakat untuk agar APEC bersinergi dengan forum-forum regional dan global lainnya, seperti Pertemuan Tingkat Tinggi Asia Timur dan G-20. Hal ini penting karena dunia kita ditandai dengan beberapa arsitektur kemitraan ekonomi,” ujarnya.
Poin terakhir adalah kesepakatan mengembangkan sektor bisnis melalui Dewan Penasehat Bisnis APEC (ABAC) untuk mencapai tujuan perdagangan bebas dan terbuka serta mendorong investasi.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan salah satu prakarsa Indonesia yang disepakati APEC adalah pengembangan produk-produk unggulan yang berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan, inklusif dan juga mendorong pembangunan pedesaan serta pengentasan kemiskinan.
“Produk-produk yang menopang pembangunan berkelanjutan dan juga bisa mengangkat serta mengeluarkan sebanyak mungkin rakyat dari tingkat kemiskinan atau dibawah tingkat kemiskinan dan juga pembangunan daerah pedesaan, ini istilah yang kita suarakan,” ujarnya.
Gita menyebutkan produk-produk unggulan yang berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan yang dimaksud seperti minyak sawit, karet dan rotan.
Disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam keterangannya pada jumpa pers, poin pertama adalah bahwa semua anggota APEC sepakat untuk meningkatkan kerja sama guna mencapai Deklarasi Bogor.
Deklarasi Bogor dihasilkan pada KTT APEC 1994 di Bogor, yang bertujuan untuk menurunkan bea cukai hingga nol dan 5 persen di lingkungan Asia Pasifik, untuk negara maju paling lambat 2010 dan untuk negara berkembang selambat-lambatnya 2020.
Poin kedua adalah para anggota APEC sepakat untuk meningkatkan perdagangan intra-APEC. Sejalan dengan upaya meningkatkan perdagangan, para pemimpin ekonomi APEC juga menyepakati deklarasi yang mendukung sistem perdagangan multilateral dan sepakat untuk memastikan keberhasilan pelaksanaan konferensi organisasi perdagangan dunia (WTO) pada Desember mendatang di Bali.
Poin ketiga adalah tercapainya kesepakatan untuk mempercepat konektivitas APEC,
“Kita sepakat untuk mempercepat konektivitas APEC, baik fisik, institusional, maupun antar masyarakat. Hal-hal tersebut diwujudkan melalui pengembangan dan investasi di bidang infrastruktur. Pandangan bahwa konektivitas dapat membantu mengurangi biaya produksi dan transportasi, memperkuat rantai pasokan regional, dan meningkatkan iklim usaha di daerah,” ujarnya.
Poin keempat adanya komitmen untuk mencapai keseimbangan, dan pertumbuhan global yang inklusif dan berkelanjutan, sedangkan poin kelima menjaga sumber daya alam yang terbatas.
“Yang keenam kita sepakat untuk agar APEC bersinergi dengan forum-forum regional dan global lainnya, seperti Pertemuan Tingkat Tinggi Asia Timur dan G-20. Hal ini penting karena dunia kita ditandai dengan beberapa arsitektur kemitraan ekonomi,” ujarnya.
Poin terakhir adalah kesepakatan mengembangkan sektor bisnis melalui Dewan Penasehat Bisnis APEC (ABAC) untuk mencapai tujuan perdagangan bebas dan terbuka serta mendorong investasi.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan salah satu prakarsa Indonesia yang disepakati APEC adalah pengembangan produk-produk unggulan yang berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan, inklusif dan juga mendorong pembangunan pedesaan serta pengentasan kemiskinan.
“Produk-produk yang menopang pembangunan berkelanjutan dan juga bisa mengangkat serta mengeluarkan sebanyak mungkin rakyat dari tingkat kemiskinan atau dibawah tingkat kemiskinan dan juga pembangunan daerah pedesaan, ini istilah yang kita suarakan,” ujarnya.
Gita menyebutkan produk-produk unggulan yang berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan yang dimaksud seperti minyak sawit, karet dan rotan.