Apa itu Technopreneur
Sudah menjadi suatu kewajiban
bagi setiap mahasiswa untuk menuntut ilmu sebaik mungkin saat berada di bangku
perkuliahan. Karena sesungguhnya ilmu adalah cahaya dan petunjuk sedangkan
kebodohan adalah kegelapan dan kesesatan. Jadi tuntutlah ilmu karena ia
merupakan kemuliaan di dunia dan akhirat dan pahala yang terus-menerus sampai
hari kiamat.
Karena itu ilmu merupakan hal
yang penting dalam hidup kita dan kita juga harus tau mau kita apakan ilmu yang
kita dapatkan. Tetapi kebanyakan setelah menyelesaikan perkuliahan mahasiswa
kerap langsung mencari pekerjaan impian yang mana sudah menjadi tradisi.
Namun tak jarang mahasiswa yang berusaha untuk membuka lapangan pekerjaan
dengan ilmu yang didapat saat perkuliahan. Paradigma seperti inilah yang
akhirnya menciptakan gagasan technopreneurship di dunia wirausaha. Intinya
technopreneurhip lahir karena generasi-generasi muda yang ingin berkarya dengan
usahanya.
Apa-si technopreneur itu. ?
Dilihat dari kata-katanya
istilah technopreneur itu sendiri adalah gabungan antara technology dan
entrepreneur. Saat membaca kata technopreneur (teknopreneur, id.),
kemungkinan besar di benak kita akan tertuju pada dua hal, teknologi dan entrepreneurship
atau kewirausahaan. Ya, teknopreneur memang diartikan sebagai entrepreneur
yang mengoptimalkan segenap potensi teknologi yang ada sebagai basis
pengembangan bisnis yang dijalankannya. Kata entrepreneur memiliki makna
seseorang yang pandai atau berbakat dalam mengenali produk atau ide baru,
memahami langkah-langkah produksi, mampu menyusun operasi untuk pengadaan
produk baru, cermat dalam memasarkannya, serta handal mengatur permodalan
operasinya. Singkatnya, seorang technopreneur adalah seorang entrepreneur yang
menggunakan aspek teknologi sebagai keunggulannya. Antara technopreneur dan
entrepreneur keduanya memiliki persamaan yaitu peduli profit. Namun seorang
technopreneur juga harus peduli teknologi. Bentuk keperduliannya itu bisa
berupa pengembangan ide-ide invensi yang ada menjadi solusi teknis teruji melalui
riset-riset. Terkadang mahasiswa sudah sangat bangga jika mereka mendapatkan
nilai A pada mata kuliah yang mereka ambil. tetapi percuma jika seorang
mahasiswa hanya mendalami suatu ilmu pengetahuan untuk mendapatkan nilai A saja
tanpa pernah sekalipun mengaplikasikan ilmu yang mereka dapat demi kepentingan
orang lain. Seharusnya mereka harus bisa mengaplikasikan ilmu yang mereka
dapatkan dengan sebuah kontribusi nyata yang berguna bagi diri sendiri dan
orang lain. Itu yang baru bisa kita sebut sebagai mahasiswa sejati.
Tujuan atau target dari gagasan
technopreneurship ini ditujukan kepada kaum masyarakat muda, terutama
mahasiswa. Hal ini ditujukan untuk mengubah pola pikir mahasiswa untuk
berwirausaha sehingga mengurangi ketergantungan kepada ketersediaan lapangan
kerja. Bahkan dengan suksesnya gagasan ini dapat meningkatkan ketersediaan
lapangan kerja secara signifikan. Karena bisa kita lihat saja jumlah lulusan
perguruan tinggi baik program diploma maupun sarjana lebih dari 300.000 orang
per tahun. Adapun jumlah mahasiswa vokasi perguruan tinggi negeri dan swasta
pada 2005 sebanyak 838.795 orang, pada 2006 menjadi 1.256.136 orang dan 2007
turun menjadi 979.374 orang. Dari data tersebut bisa kita simpulkan di setiap
tahunnya banyak sekali lulusan-lulusan perguruan tinggi yang lulus. Dan ternyata berdasarkan data yang ada hampir 60%
lulusan perguruan tinggi menganggur ( Indra hadi,2009). Jadi bisa di asumsikan
setiap tahunnya terdapat lebih dari 180.000 lulusan perguruan tinggi yang
menganggur di Indonesia. Dan itulah yang menjadi target lahirnya gagasan
techenopreneurship bagi masyarakat kaum muda khususnya mahasiswa agar meraka
bisa membuat lapangan kerja mereka sendiri.
Dalam memulai wirausaha berbasis
teknologi , seorang mahasiswa harus memperhatikan tiga hal penting yang
melandasi keberhasilan dalam menjalankan usaha. Pertama, suatu usaha harus
dilandasi oleh keinginan yang kuat. Semakin kuat keinginan kita, niscaya
semakin besar juga kesempatan buat kita. Hal yang kedua adalah perlunya
diimbangi dengan kerja keras. Karena kerja keraslah yang akan menuntun kita ke
pintu keberhasilan. Hal ketiga yang tidak kalah penting adalah perlunya percaya
diri. Tanpa percaya diri maka seorang technopreneur tidak akan mampu
menjalankan usahanya dengan baik. Dengan memahami tiga hal tersebut seseorang
dapat mencapai titik keberhasilan.
- Technopreneur dan Perkembangannya di Indonesia
Perkembangan dunia bisnis yang pesat
memaksa organisasi untuk bekerja dengan lebih efisien, agar dapat masuk dalam
pasar yang baru, atau mempertahankan eksistensinya di dunia bisnis. Tren yang
terjadi pada beberapa waktu terakhir ini adalah menjadi seorang wirausahawan,
atau disebut juga entrepreneur. Entrepreneur adalah orang yang melakukan
aktivitas wirausaha dicirikan dengan pandai atau berbakat mengenali produk
baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk
baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya (Wikipedia, 2012).
Profesi sebagai entrepreneur
memberikan kesempatan pada seseorang untuk mewujudkan cita-cita pribadinya
sesuai dengan hobi dan kemampuan yang dimilikinya, selain itu juga memungkinkan
dirinya untuk membuat perubahan untuk lingkungan sekitarnya.
Tidak
dapat dipungkiri lagi, bahwa perkembangan teknologi telah membawa perubahan
yang signifikan dalam kehidupan manusia di berbagai bidang. Teknologi
dikembangkan untuk mempermudah aktivitas kehidupan manusia, dari penyederhanaan
proses bisnis, penyampaian edukasi jarak jauh, peralatan rumah tangga, sampai
ke mainan anak-anak yang dibuat sedemikian hingga anak-anak dapat belajar sejak
dini.
Penggabungan
teknologi dan entrepreneur, menjadi technopreneur, memberikan kesempatan pada
semua orang yang menguasai teknologi, untuk dapat berwirausaha.
Namun, permasalahan mendasarnya adalah teknopreneur sendiri merupakan istilah
yang masih asing di kalangan masyarakat Indonesia pada umumnya. Tetapi Pertumbuhan technopreneur di
Indonesia cukup pesat, ditandai dengan berbagai usaha yang dirintis melalui
media teknologi.
Sebagai
contoh, iklan baris yang dulunya ditayangkan di koran atau yellow pages, dimana
masyarakat yang ingin mendapatkan informasi harus memiliki yellow pages atau
membeli koran terlebih dahulu. Cara ini diubah oleh PT Technopreneur Indonesia
(PT.TI), dimana mereka melakukan inovasi dalam penyediaan layanan informasi
online di Indonesia, mulai dari produk iklan baris mobil, iklan baris rumah,
kontak jodoh, hingga informasi produk & bisnis (PT. Technopreneur
Indonesia, 2012).
Selain
itu, berita juga dengan mudah dapat diakses melalui situs yang ada, seperti
detik.com dan kapanlagi.com. Proses bisnis yang dilakukan oleh PT.TI dan
detik.com telah memaksa organisasi penghasil koran fisik untuk berubah. Sebagai
contoh, Jawa Pos, Kompas, Republika dan sebagainya saat ini juga menyediakan
Koran online, sebagai usaha untuk memperluas pasarnya ke masyarakat yang melek
teknologi.
Technopreneur
telah memberikan banyak dampak positif untuk manusia, dengan berbagai kemudahan
dan efisiensi yang ditawarkan. Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa perkembangan
bisnis berbasis teknologi juga dapat berdampak negatif. Dengan kemudahan
bertransaksi secara online, factor kepercayaan antara calon konsumen dan
penyedia layanan memegang peranan yang cukup penting. Tidak sedikit penipuan
yang dilakukan oleh penyedia layanan maupun calon konsumen dalam transaksi
online, misalnya barang yang dikirimkan tidak sesuai dengan yang dijanjikan,
pemesanan yang tidak dibayar sehingga penyedia layanan terlanjur menyediakan
barang, dan lain sebagainya. Selain itu, transaksi online dapat menyebabkan
kecanduan. Untukitu kita sebagai pengguna harus bisa memeahami benar
dampak-dampak yang akan ditimbulkan.
Technopreneur
ini harus benar-benar dikembangkan, supaya Indonesia bisa berbicara banyak
dalam persaingan dunia yang semakin kompleks dan maju. Pengembangan
technopreneur berperan strategis dalam percepatan pencapaian innovation driven
economy, karena technopreneur memiliki beberapa nilai keunggulan yang
signifikan. Peter F Drucker (pakar manajemen) mendeskripsikan nilai keunggulan
tersebut antara lain; Pertama, technopreneur selalu mengorientasikan kegiatan
bisnis dan dunia usaha yang dikelolanya, pada produksi produk-produk
berkandungan teknologi (involving delivery of technology products) dan
bukan hanya sebatas bahan-bahan mentah belaka atau raw materials.
Kedua,
technopreneur selalu berusaha keras untuk memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi terkini (utilizing lates technology) untuk berinovasi
guna meningkatkan daya saing. Kondisi itu, kita cermati misalnya pada beberapa technopreneur
yang mengembangkan sektor jasa dengan memanfaatkan secara cerdas beragam
kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi.
Untuk
mengembangkan technopreneur berwawasan masa depan, perlu pemahaman
tentang beberapa trend dunia usaha masa depan, yaitu; Pertama, kegiatan bisnis
berbasiskan inovasi teknologi. Tujuannya menjadikan para technopreneur dapat
mengatasi tantangan masa depan, khususnya tuntutan daya saing ekonomi yang
makin ditentukan dari kesanggupan pemanfaatan sumber daya alam yang
mengedapankan penguasaan ilmu pengetehuan dan teknologi. Kedua,
complementary attitude, yaitu mengedepankan pola sikap saling melengkapi
dalam menyikapi persaingan di ranah bisnis dan dunia usaha akan menjadikan para
technopreneur dapat memanfaatkan secara cerdas perluasan sinerji
berusaha yang makin konstruktif guna memenuhi tuntuan kebutuhan pasar yang
makin luas.
Ketiga,
mengedepankan inovasi teknologi. Bagi para technopreneur yang umumnya memiliki
mentalitas riset, tuntutan konsumen atas produk yang ramah lingkungan dan tidak
mengganggu kesehatan, serta tuntutan lainnya, justeru menjadi pencetus untuk
terus berinovasi. Keempat, pemerintah sebagai fasilitator dan katalisator.
Kecenderungan masa depan, yaitu sikap pemerintah yang umumnya cenderung
berperan sebagai fasilitator di berbagai kegiatan ekonomi, juga merupakan
insentif para technopreneur.
Dengan mengetahui trend
dunia masa depan seperti di atas, memungkinkan kita dapat menjadi Technopreneur
yang sukses di masa depan. Menjadi seorang entrepreneur alias pengusaha
yang menggeluti teknologi tinggi hampir pasti merupakan salah satu profesi yang
sangat menjanjikan di masa depan. Apalagi bila kita mampu menjadi trendy
technopreneur, yakni technopreneur yang berkarakter stylish, fashionable,
fun dan cool.
Konsep
Pengembangan Inovasi Bagi Para Technopreneur
Ada
tiga pilar inovasi teknologi penentu kinerja sektor riil dan perekonomian masa
depan bagi para technopreneur, yaitu revolusi kuantum, revolusi komputasi dan
revolusi bio molekuler. Revolusi kuantum (Quantum Revolution) pencetusnya
adalah inovasi teknologi material komposit, teknologi serat optik, teknologi
polimer, teknologi bahan sintetik (new alloys). Dampak pada sektor riil
dari revolusi kuantum adalah mengubah wajah industri manufaktur, utamanya
industri otomotif, industri kedirgantaraan, industri elektronika, industri
transportasi dan pertambangan.
Revolusi
Komputassi pencetusnya adalah inovasi pada teknologi intelegensia tiruan (artificial
intelegencial), mikrokomputer, computer aided design, computer aided
manufacturing, computer aided engineering, teknologi robotika, teknologi
laser dan penginderaan jauh. Dampaknya pada sektor riil, yaitu mengubah wujud
seluruh jenis industri manufaktur dan memperluas diversifikasi industri jasa,
industri pertahanan/ militer dan industri telekomunikasi.
Revolusi
Bio Molekular pencetusnya adalah inovasi pada teknologi rekayasa genetika dan
teknologi kultur jaringan. Dampaknya pada sektor riil adalah mengubah total
cara dan paradigma pertanian serta seluruh unsur agribisnis, berdampak besar
pada industri farmasi dan kesehatan.
Pada
akhirnya, pengembangan technopreneur tergantung pada kemauan dan semangat untuk
maju. Bagi para wirausaha muda, generasi muda, peluang untuk menjadi
technopreneur sangat terbuka dan menjadi keharusan untuk bisa bersaing di masa
depan. Namun kalau tidak ada semangat
dan daya juang, niscaya akan menjadi sebuah penghalang besar proses kemajuan
bangsa ini.
Daftar
Pustaka
CV
Mitra Utama Niaga, 2012. Diunduh dari http://www.nebeng.com/
Kusuma
H., Ir., M.Eng., 2009. Siapkan diri menjadi generasi. Diunduh dari http://echo-favorit.-blogspot.com/2009/09/siapkan-diri-menjadi-generasi.html
Lulusan perguruan tinggi menganggur. http://sapadunia.wordpress.com. Diakses 16
februari 2009
Nahari,Tirta.2012.
mahasiswa-sebagai-technopreneur. Diunduh dari http://mjeducation.co/
mahasiswa-sebagai-technopreneur. January
21, 2012
PT.
Technopreneur Indonesia, 2012. Diunduh dari http://www.ti.co.id/
Sutrisno, Tole. disarikan dari kuliah umum Hatta
Rajasa di ITB Bandung, Sabtu 3 Maret 2012
Wikipedia,
2012. Diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Wirausahawan
|
http://www.facebook.com/pages/Mba-Itb-Blog-Competition/122966194553521?ref=ts&fref=ts