counters

Sabtu, 31 Agustus 2013

T-50i pesanan Indonesia






ARC: Perjalanan panjang dalam menentukan pesawat pengganti Hawk Mk-53 yang sudah memasuki masa pensiun bagi TNI AU sendiri merupakan masa yang sangat melelahkan.

Batapa tidak, apabila untuk urusan pesawat tempur dan pencegat keputusannya relative lebih cepat difinalisasi, tidak demikian halnya bagi kandidat pesawat latih lanjut TNI AU.

Hal ini juga memberikan suatu tekanan psikologis bagi para penerbang maupun awak teknisi Skadron Udara 15, karena praktis mereka harus menunggu kepastian pengganti Hawk Mk-53 yang secara kesiapan sudah menurun dan kondisinya dibawah standar.

Dari delapan unit yang ada hanya 2 unit yang laik terbang. Padahal di pundak Skadron Udara 15 terletak beban untuk mencetak para pilot pesawat tempur TNI AU. Dampak dari embargo suku cadang oleh Inggris dan juga utilisasi pesawat yang sangat tinggi merupakan salah satu faktor penyebabnya.


Embargo yang diberlakukan kepada Indonesia dengan alasan kejahatan kemanusiaan di Timor Timur paska referendum pada tahun 1999 oleh Amerika dan sekutunya, tak terkecuali Inggris sebagai sekutu utama Amerika dan sebagai produsen pesawat Hawk Mk-53 dan Hawk 109/200, memiliki andil utama dalam menurunnya kesiapan dan kesiagaan asset udara TNI AU. Bagi TNI AU dampak yang dirasakan langsung adalah embargo terhadap suku cadang seluruh pesawat tempur buatan BAe Inggris ini.

Sementara disisi lain pesawat hawk Mk-53 sebagai pesawat advanced jet trainer bagi para calon penerbang tempur TNI AU tetap dituntut agar terus mampu mencetak penerbang-penerbang tempur handal, memiliki skill yang tinggi dan ketrampilan yang terlatih dengan kesiapan terbang yang tinggi bagi para penerbangnya, meskipun dengan jumlah pesawat yang minim. Selain itu diharapkan regenerasi para penerbang tempur tetap dapat berjalan dengan baik. Tuntutan profesionalisme dengan modal dan sarana pendukung yang serba terbatas pada waktu itu merupakan masa-masa sulit bagi TNI AU.

Akan tetapi dimasa sulit tersebut cobaan demi cobaan terus mendera silih berganti, satu persatu paska embargo terjadi sejumlah incident ataupun accident. Beberapa pesawat yang dioperasikan TNI AU jatuh ketika melaksanakan tugas rutin maupun latihan, seolah-olah menunjukan bahwa sehebat apapun pesawat yang kita miliki tidak akan bisa berbuat apa-apa tanpa adanya perawatan yang memadai dan pasokan suku cadang yang lengkap dari produsen pesawat.

Meskipun dalam beberapa insiden kecelakaan tidak seluruhnya akibat dari kesalahan atau masalah teknis pesawat itu sendiri, namun demikian secara moril sebagai manusia biasa tentunya ada rasa cemas ketika terbang dengan pesawat yang memiliki keterbatasan baik dalam segi perawatan rutin maupun suku cadang. Pasca embargo tahun 1999 insiden diawali dengan jatuhnya pesawat Hawk Mk-53 pada 28 Maret 2000 di Lanud Iswahyudi Madiun. Menyusul pada Juli 2000 pesawat A-4 Skyhawk jatuh saat melaksanakan patrol rutin di Sulawesi Selatan, kemudian pada tanggal 21 November 2000 kecelakaan kembali terjadi dan menimpa pesawat Hawk yang jatuh di Pontianak.

Pada tanggal 28 Maret 2002 cobaan dan pukulan berat kembali harus dialami oleh TNI AU khusunya Skadron Udara 15 ketika 2 pesawat Hawk Mk-53 yang sedang melakukan sesi latihan Aerobatik Jupiter Blue bersenggolan di udara pada ketinggian sekitar 2000 kaki dan jatuh masih di kawasan Lanud Iswahyudi Madiun. Pada awalnya ketiga pesawat Hawk Mk-53 sedang melakukan manuver Victory Loop yaitu manuver ke delapan dari sebelas manuver yang rencananya akan dipertunjukan pada acara Open Day yang akan digelar pada 30 Maret 2002 di Lanud Iswahyudi.

Sayangnya belum juga manuver tersebut selesai dilakukan petaka terjadi. Sehebat apapun pesawat dan penerbang tidak ada satupun yang bisa melawan takdir Tuhan. Akibat dari musibah tersebut 4 penerbang gugur, yaitu ; Kapten (Pnb.) Andis “Lavy” Solikhin Machmud (35) dan Kapten (Pnb.) Weko Nartomo Soewarno (33), awak Hawk nomor ekor TT 5310; Mayor (Pnb.) Syahbudin “Wivern” Nur Hutasuhut (35) dan Kapten (Pnb.) Masrial (33), awak Hawk nomor ekor TT 5311. Merupakan kehilangan besar bagi Skadron Udara 15, terlebih kehilangan penerbang-penerbang terbaiknya yang tidak terukur nilainya. Acara Open Day dibatalkan dan demi menghormati para penerbang yang gugur Lanud Iswahyudi mengibarkan bendera setengah tiang.

Peristiwa demi peristiwa getir yang dialami TNI AU khususnya Skadron Udara 15 tidak mematahkan semangat mereka. Perbaikan dan pembenahan terus dilakukan bahkan wacana penggantian pesawat Hawk Mk-53 terus bergulir dengan dilakukannya kajian-kajian terhadap calon pesawat pengganti oleh pihak TNI AU sendiri dalam hal ini selaku user dan Departemen Pertahanan (Dephan).

Angin Segar itu Berhembus

Tekad TNI AU untuk memensiunkan pesawat Hawk Mk-53 dan diganti dengan pesawat baru sudah bulat, hal tersebut tertuang dalam rencana strategis (Renstra) 2005-2009 Mabes TNI AU yang berencana melakukan penggantian sejumlah alutsistanya, seperti OV-10 Bronco, F-5 Tiger, pesawat angkut Fokker-27, Helicopter Sikorsky dan tentunya Hawk Mk-53. Angin segar pun berhembus ketika KSAU Marsekal Herman Prayitno pada waktu itu, bertemu langsung dengan Dubes Ceko untuk Indonesia Pevel Rezac di Mabes TNI AU Cilangkap Jakarta pada awal November 2007. Hal tersebut terkait dengan pihak TNI AU yang mengajukan pengadaan pesawat tempur latih Aero L-159 ALCA buatan Republik Ceko sebagai pengganti Hawk Mk-53. Secara umum kunjungan Rezac bertujuan untuk menindaklanjuti kesepakatan kerjasama pertahanan antara RI dan Rep. Ceko yang telah ditandatangani pada tahun 2006, selain itu dibahas pula kemungkinan pembelian Aero L-159 ALCA oleh TNI AU.

Pada waktu itu keinginan TNI AU memilih Aero L-159 ALCA sebagai pengganti Mk-53 bukan suatu pilihan yang tanpa pertimbangan, sebab pesawat tempur latih buatan Aero Ceko ini memadukan tekhnologi barat dan timur dan dianggap cocok sebagai pesawat tempur latih yang diperuntukkan bagi calon penerbang-penerbang tempur TNI AU. Terlebih lagi saat ini TNI AU mengoperasikan pesawat tempur yang menggunakan teknologi barat dan timur, yaitu untuk blok Barat sendiri terdapat pesawat tempur F-16, Hawk 100/200, Hawk Mk-53 dan F-5, sedangkan untuk blok Timur TNI AU mengoperasikan pesawat tempur Su-27 dan Su-30.

Proses rencana penggantian pesawat Hawk Mk-53 terus bergulir dan sederet jenis pesawat pengganti Hawk Mk-53 pun mulai bermunculan diantaranya Alenia Aermacchi M-346, Yakovlev Yak 130 buatan Rusia, FTC2000 buatan China, Aero L-159 buatan Ceko, T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan dan deretan nama-nama lain yang dijadikan pertimbangan TNI AU sebagai bahan kajian. Namun sampai dengan pergantian KSAU dari Marsekal Herman Prayitno kepada Marsekal Subandrio yang dilantik sebagai KSAU pada 28 Desember 2007 pesawat yang dipilih sebagai pengganti Hawk Mk-53 belum juga diputuskan. Pada masa jabatan KSAU Soebandrio proses kajian pembelian pesawat pengganti Hawk Mk-53 terus berlangsung, namun sampai dengan jabatan beliau selaku KSAU diserah terimakan kepada pejabat KSAU baru yakni Marsekal Imam Sufaat yang resmi menjabat sebagai KSAU pada 12 November 2009 keputusan pengganti Hawk Mk-53 masih juga belum jelas.

Disela-sela suatu acara di Lanud Halim Perdana Kusuma pada Rabu (7/4/2010), KSAU Marsekal Imam Sufaat mengatakan bahwa TNI AU telah menyeleksi empat jenis pesawat sebagai pengganti Hawk Mk-53 dan keempatnya akan memasuki seleksi akhir sebelum penentuan final. Keempat tipe pesawat yang lolos ke seleksi tahap akhir adalah Yakovlev Yak 130 buatan Rusia, FTC2000 buatan China, Aero L-159 buatan Ceko dan yang terakhir tentu saja T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan. Masih dikesempatan yang sama, saat itu KSAU juga berharap pada akhir bulan sudah bisa ditentukan mana yang lebih dibutuhkan dari keeempat jenis pesawat tersebut. Angin segar kembali berhembus seolah membawa harapan baru bagi TNI AU khsususnya Skadron 15 untuk segera mendapatkan pengganti bagi Hawk Mk-53.

Mencari yang Terbaik

Yakovlev Yak 130 merupakan pesawat jet latih subsonik buatan Rusia yang mulai terbang perdana pada 26 April 1996, Yak 130 sendiri mempunyai 2 varian yakni advanced trainer dan light attack atau pesawat tempur ringan dimana perbedaan varian tersebut terlihat jelas pada seater atau tempat duduk, untuk varian Advanced Trainer pesawat dilengkapi dengan double seater/tempat duduk ganda, sedangkan untuk varian Light Attack hanya terdapat single seater/tempat duduk tunggal.

Varian light attack memiliki bentuk hidung lebih pipih untuk menambah bidang pandang bagi pilot saat menukik untuk melepaskan roket atau bom. Namun demikian untuk varian Advanced Trainer apabila suwaktu-waktu dibutuhkan juga dapat berperan sebagai pesawat Light Attack. Saat ini tercatat Angkatan Udara Rusia sendiri mengoperasikan beberapa pesawat Yak 130, Angkatan Udara Algeria dan Angakatan Udara Belarusia.
Yak-130

Opsi berikutnya adalah pesawat L-159 buatan Rep. Ceko, sama halnya Yak-130 pesawat ini juga dibuat dalam dua versi yaitu versi trainer dengan tempat duduk ganda dan versi LCA (Light Combat Aircraft) dengan tempat duduk tunggal.

Menengok ke dalam ruang kokpit terdapat dua layar tampilan serta HUD (Head Up Display) yang mendominasi panel kokpit. Pesawat ini juga dilengkapi dengan radar Grifo L keluaran pabrikan FIAR, Italia. Alat pengendus berkemampuan multi misi ini dapat menandai delapan belas sasaran sekaligus yaitu delapan sasaran di udara dan sepuluh sasaran di darat, kemudian kelengkapan lain adalah Radar Warning Receiver (RWR) Sky Guardian-200 buatan GEC-Marconi yaitu perangkat yang berfungsi sebagai penangkap gelombang radar lawan. Belum lagi Vinten Vicon 78 plus chaff dan flares yaitu sistem anti jamming yang diperuntukkan untuk menghadapi perang elektronik.

Dan masih banyak lagi perangkat-perangkat unggulan dan canggih yang menempel pada tubuh L-159 yang memang dibuat menyesuaikan tekhnologi dan perkembangan perang modern. Pengguna utama pesawat ini adalah Angkatan Udara Ceko yang digunakan sejak periode 1990-an.

Sangatlah wajar apabila saat itu TNI AU melalui KSAU Herman Prayitno berkinginan untuk membeli pesawat ini sebagai pengganti Hawk Mk-53 dengan melihat berbagai peralatan dan teknologi canggih yang melengkapi L-159. Harga L-159 pada waktu itu berkisar antara 15 – 17 juta dolar Amerika.

L-159 versi Trainer & LCA

Dari negeri Tirai Bambu, adalah Guizhou JL-9 atau lebih dikenal dengan FTC-2000 Mountain Eagle (Shanying) pesawat tempur dengan tempat duduk ganda/double seater hasil pengembangan dari Guizhou Aircraft industry Corporation, China. Pesawat ini turut memeriahkan bursa calon pengganti Hawk Mk-53 TNI AU.

Pada awalnya pengembangan pesawat FTC-2000 dikhususkan bagi kebutuhan People's Liberation Army Air Force (PLAAF) dan People's Liberation Army Naval Air Force (PLANAF) untuk mempersiapkan para pilotnya dalam menyongsongf pesawat generasi baru China, seperti Chengdu J-10, Shenyang J-11, Sukhoi Su-27SK dan Sukhoi Su-30MKK. Konon kabarnya pesawat buatan China ini diproduksi dengan jumlah terbatas.

FTC-2000

Kontestan berikutnya yang masuk pada tahap seleksi akhir beserta tiga kontestan lain adalah pesawat T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan.

Pada awalnya pesawat ini lebih dikenal dengan KTX-2 pesawat latih dan tempur ringan yang diproduksi dan diperuntukan bagi Republik of Korea Air Force (RoKAF) yang sekaligus sebagai pengguna utama.

Penerbangan perdana T-50 dilakukan pada Agustus 2002 . Pesawat latih supersonik dengan harga 21 juta dolar Amerika pada tahun 2008 ini menjanjikan banyak fitur canggih didalamnya. Mungkin atas pertimbangan hal ini pula yang menyebabkan TNI AU mengikut sertakan T-50 dalam deretan empat besar pesawat bakal pengganti Hawk Mk-53 yang memasuki tahap seleksi akhir.
T-50 Golden Eagle

Akhir Sebuah Penantian
Penantian panjang akan sebuah jawaban terkait pembelian pesawat pengganti Hawk Mk-53, sedikit mulai terkuak manakala pemerintah melalui Menhan Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia akan melakukan pembelian 16 pesawat atau 1 skadron T-50 Golden Eagle dari Korea Selatan, hal tersebut diungkapkan Menhan usai menghadiri Rapat Kekuatan Indonesia di ASEAN di kantor Wakil Presiden pada Rabu 13 April 2011. Praktis dengan demikian terjawab sudah pemenang dari ke empat kandidat tersebut yaitu pesawat T-50 Golden Eagle dari Korea Selatan.

Kontrak pembelian T-50I
Ungkapan Menhan tersebut akhirnya dapat diyakini kebenarannya dengan ditandatanganinya kontrak pembelian 16 pesawat T-50 senilai 400 juta dolar Amerika pada tanggal 25 Mei 2011 antara Indonesia dan Korea Selatan yang masing-masing dilakukan oleh Menhan Purnomo Yusgiantoro selaku wakil dari pemerintah Indonesia dan pihak dari KAI (Korea Aerospace Industries) mewakili pemerintah Korea Selatan dan sekaligus sebagai produsen pesawat.

Jika tidak ada aral melintang keseluruh pesawat T-50 tersebut keseluruhannya akan tiba di Indonesia secara bertahap di tahun 2013 ini dan diharapkan pada tahun 2014 ke 16 pesawat T-50 sudah dapat dioperasikan oleh TNI AU sebagai pengganti dari pesawat Hawk Mk-53.

Demi memenuhi permintaan Indonesia yaitu target penyelesaian keseluruhan di tahun 2013, setelah penandatanganan resmi kontrak pembelian T-50, pabrik pesawat KAI mulai memproduksi pesawat pesanan Indonesia. Pesawat hasil rancangan bersama antara Korea Aerospace Industries dan Lockheed Martin ini diproduksi langsung di Korea Selatan.

Penantian dan ujung jalan panjang proses pembelian pesawat T-50 Golden Eagle kini sudah didepan mata, terbukti dengan diberangkatkannya 6 penerbang terbaik Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi Madiun ke Korea Selatan pada tanggal 12/1/2013.

Keenam penerbang tersebut dijadwalkan berada di Korea Selatan selama kurang lebih 8 bulan guna mengikuti pengenalan dan berbagai pelatihan baik teori maupun terbang langsung dengan menggunakan T-50. Selain 6 penerbang, sebanyak 31 teknisi juga diberangkatkan ke Korea Selatan untuk mengikuti pelatihan dan pemeliharaan pesawat T-50, karena merekalah nantinya di Indonesia yang akan melakukan perawatan dan pemeliharaan serta memastikan pesawat dalam kondisi laik terbang.

Keberangkatan enam penerbang dan tiga puluh satu teknisi ke Korea Selatan dalam rangka transfer tekhnologi T-50, dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 15 Mayor Pnb Wastum.

Para penerbang yang diberangkatkan seluruhnya mempunyai kualifikasi Sekolah Instruktur Penerbang dan para merekalah nantinya yang akan menularkan ilmu dan pelajaran yang didapat selama berada di Korea Selatan kepada rekan sesama penerbang di Skadron Udara 15, maupun kepada para junior-juniornya yaitu siswa calon penerbang tempur. Enam penerbang tersebut adalah Komandan Skadron Udara 15, Mayor Pnb Wastum, Mayor Pnb Marda Sarjon, Mayor Pnb Budi Susilo, Mayor Pnb Hendra, Kapten Pnb Darma T Gultom, dan Kapten Pnb Luluk Teguh Prabowo.


Calon penerbang T-50
Gelombang pertama kedatangan pesawat T-50 Golden Eagle rencana dijadwalkan pada bulan September 2013, selanjutnya pada bulan berikutnya berturut-turut hingga keseluruhan sebanyak 16 unit pesawat diharapkan dapat diterima Indonesia sampai dengan akhir tahun 2013. Penasaran ingin melihat kelincahan pesawat ini secara langsung di langit Indonesia ? Kita nantikan saja kedatangannya, semoga tidak ada hambatan apapun sampai dengan keseluruh T-50 Golden Eagle tiba di Tanah Air. Bravo AURI ...!!!!


Sumber : ARC
indodefenceblog

Rekor kekayaan alam Indonesia

Sebagai warga negara Indonesia kita harus bangga karena Indonesia memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan negara lain. Berikut ini 10 daftar rekor yang dimiliki oleh negara ini.
1. Republik Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau, termasuk 9.634 pulau yang belum diberi nama dan 6.000 pulau yang tidak berpenghuni.
Indonesia

Indonesia
2. Indonesia memiliki 3 dari 6 pulau terbesar didunia, yaitu Pulau Kalimantan (pulau terbesar ketiga di dunia dgn luas 539.460 km2), Pulau Sumatera (473.606 km2) dan Pulau Papua (421.981 km2)
Pulan Kecil
Pulan Kecil
3. Indonesia adalah Negara maritim terbesar di dunia dengan perairan seluas 93 ribu km2 dan panjang pantai sekitar 81 ribu km2 atau hampir 25% panjang pantai di dunia.
Laut
Laut
4. Indonesia merupakan Negara dengan suku bangsa yang terbanyak di dunia. Terdapat lebih dari 740 suku bangsa/etnis, dimana di Papua saja terdapat 270 suku. Menggunakan 583 bahasa dan dialek dari 67 bahasa induk yang digunakan berbagai suku bangsa tersebut
Suku Suku Indonesia
Suku Suku Indonesia
5. Indonesia adalah penghasil gas alam cair (LNG) terbesar di dunia (20% dari suplai seluruh dunia) juga produsen timah terbesar kedua.
LNG
LNG
6. Indonesia memiliki Terumbu Karang (Coral Reef) terkaya di dunia (18% dari total dunia) dan memiliki species ikan hiu terbanyak di dunia (150 species).
Terumbu Karang
Terumbu Karang
7. Indonesia menempati peringkat pertama dalam produk pertanian, yaitu cengkeh (cloves) & pala (nutmeg), serta peringkat kedua dalam karet alam (Natural Rubber) dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil).
cengkeh
cengkeh
8. Indonesia adalah pengekspor terbesar kayu lapis (plywood), yaitu sekitar 80% di pasar dunia.
Kayu Lapis
Kayu Lapis
9. Indonesia memiliki biodiversity Anggrek terbesar didunia yaitu sekitar 6 ribu jenis anggrek, mulai dari yang terbesar (Anggrek Macan atau Grammatophyllum Speciosum) sampai yang terkecil (Taeniophyllum, yang tidak berdaun), termasuk Anggrek Hitam yang langka dan hanya terdapat di Papua.
Bunga Anggrek
Bunga Anggrek
10. Memiliki hutan bakau terbesar di dunia. Tanaman ini bermanfaat ntuk mencegah pengikisan oleh air laut atau abrasi pantai
Hutan Bakau
Hutan Bakau
Rekor di atas sebenarnya hanya sedikit dari sekian banyak rekor-rekor berkaitan dengan kekayaan alam yang dimiliki oleh bangsa ini. Termasuk posting saya sebelumnya yaitu Burung Cendrawasih yang terkenal dengan bird of paradise dan hanya ada di Papua.

Kamis, 29 Agustus 2013

Sejarah Kavaleri Indonesia


Bulan November 1945, sejarah Indonesia pernah mencatat: kala itu pasukan Inggris tengah gencar-gencarnya membombardir Surabaya. Gelegar bom, mortir serta rentetan suara senapan membakar seisi kota. Dengan dalih balas dendam atas tewasnya Jenderal AWS Mallaby, terselip niat Inggris untuk menjajah Indonesia. Namun arek-arek Suroboyo tak tinggal diam. Mereka merencanakan suatu penyerangan ke kedudukan pasukan Inggris di HBS Straat.

Di tengah sengitnya pertempuran, salah seorang pemuda pejuang bernama Soebiantoro yang memimpin pasukan 14 melihat satu unit tank tergeletak di sebuah bengkel. Dia beserta rekannya, yakni Ibnu Arli dan Sasmito, menghampiri tank Vickers peninggalan tentara Jepang. Kondisi mesin tank tersebut rusak. Senjata kaliber 12,7 mm yang menempel pun sudah tidak berfungsi. Oleh Soebiantoro, kendaraan tempur itu diperbaiki dan ternyata berhasil. Tank tersebut dikemudikan lantas dipakai untuk bertempur. Akhirnya bendera putih nampak berkibar di atas gedung HBS. Pasukan Inggris menyerah.Demikan sepenggal kisah penggunaan tank dalam pertempuran 10 November 1945 sesuai yang dikisahkan oleh pemuda Biantoro dan Ibnu Arli selaku saksi hidup dari panggung sejarah Indonesia.

Peristiwa itu kemudian mengilhami berdirinya Satuan Kavaleri di Indonesia. Dalam perjalanannya, Satuan Kavaleri telah terlibat berbagai operasi militer. Antara lain Operasi Trikora, Operasi Dwikora, Operasi Penumpasan G 30 S/ Partai Komunis Indonesia dan Operasi Seroja di Timor Timur. Selain itu, Korps Baret Hitam juga turut dalam operasi militer selain perang. Misalnya membantu penanganan bencana dan kegiatan yang bersifat sosial lainnya. Seperti slogan satuan: “Berjaya di Masa Perang dan Berguna di Masa Damai.”

Kini genap 63 tahun Satuan Kavaleri mengabdi. Selama itu pula Korps Baret Hitam telah membuktikan eksistensinya menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. “Kita bersyukur di usia yang semakin matang Satuan Kavaleri TNI Angkatan Darat telah dan sedang membenahi diri menuju profesionalisme prajurit dan satuan,” kata Komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri Kodiklat TNI AD, Brigadir Jenderal TNI Purwadi Mukson, S.IP.

Yang paling membanggakan, pada HUT ke-63 Kavaleri TNI AD bakal diperkuat Main Battle Tank (MBT) Leopard 2 revolution. Sebagai kendaraan tempur berkelas dunia, Tank Leopard 2 RI menjadi senjata pamungkas dalam pertempuran darat. Harapannya “Sang Macan” mampu meningkatkan kredibilitas dan kesetaraan prajurit TNI AD dalam kancah pergaulan kerjasama militer dengan negara asing, khususnya ASEAN.

Pengadaan MBT sendiri telah melalui berbagai tahap pengkajian panjang dan mendalam. Berbagai faktor dipertimbangkan dengan matang dalam mendukung rencana pembelian Tank MBT tersebut. Mulai dari faktor ancaman – baik yang aktual maupun potensial, peta kekuatan militer negara-negara tetangga yang berbatasan langsung dengan wilayah Indonesia. Modernisasi kendaraan tempur juga menjadi efek penangkal (deterrent effect) dan meningkatkan posisi tawar (bargaining position) Indonesia dalam percaturan diplomasi internasional.

Kita tahu, selama puluhan tahun TNI hanya diperkuat tank ringan. Seperti AMX 13 buatan Prancis dan Scorpion made in Inggris. Padahal dalam dunia kemiliteran, tank ringan kurang diperhitungkan dalam gelar kekuatan. Apalagi usia kendaraan lapis baja tersebut rata-rata sudah uzur. “Ketika datang pertama kali tank tersebut dikemudikan seorang tentara berpangkat Letnan. Sampai Si Letnan itu pensiun tanknya masih saja dipakai,” ucap pria kelahiran Jakarta 53 tahun silam ini sambil tertawa. Akibatnya negeri jiran kerap memandang sebelah mata militer Indonesia.

Walhasil pengadaan alutsista Main Battle merupakan keniscayaan. Sebab negara tetangga telah memiliki MBT lebih dulu. Malaysia memiliki 48 buah MBT (PT91M) buatan Polandia dengan meriam kaliber 125 mm. Australia memiliki 59 M1A1SAs (MBT Abrams) yang dibeli dari Amerika Serikat pada tahun 2006, untuk menggantikan AS1 Leopard pada tahun 2007. Singapore yang hanya seluas Jakarta memiliki 66 MBT Leopard 2A4 sejak tahun 2008.

Pemilihan MBT Leopard 2 untuk memperkuat satuan kavaleri TNI AD sangatlah tepat. Betapa tidak, di dalamnya sarat akan asupan teknologi terkini.

Bentuknya sangat futuristik. Ketangguhan dan daya jelajahnya telah teruji di berbagai palagan, baik di gurun maupun perkotaan. Tank Leopard 2 cocok pula dengan kondisi tanah di Indonesia. Boleh dikatakan Leopard 2 RI adalah yang paling tangguh di kawasan Asia Tenggara.

Sebelum menjatuhkan pilihan kepada tank Leopard 2, sebenarnya TNI AD telah menjajal beberapa MBT. Yakni Tank Abrams M1A2 buatan Amerika, Tank Leclerc bikinan Prancis, Tank T 90 punya Rusia, MBT 2000 made in China dan Tank Oplot dari Ukraina.

Dari hasil kajian Pussenkav dengan mempertimbangkan bobot dan fasilitas pendukung, akhirnya terpilih Leopard 2 buatan Jerman.

tank leopard
tank leopard
”Abrams memang telah teruji di berbagai pertempuran tapi bahan bakarnya avtur (bahan bakar pesawat terbang) yang harganya mahal.

Sedangkan Leopard 2 bisa diisi tiga jenis minyak. Bensin, solar, juga minyak tanah. Jadi biaya operasionalnya mudah dan murah,” papar mantan Wakil Komandan Pussenkav ini.
Awalnya pembelian tank tempur utama (MBT) Leopard 2 menimbulkan polemik. Menurut Brigjen Purwadi Mukson, hal ini disebabkan karena kurangnya komunikasi dengan berbagai pihak terkait rencana kebutuhan MBT bagi Satuan Kavaleri TNI AD. “Komunikasi terus kami laksanakan secara intensif de-ngan berbagai pihak, termasuk dilaksanakannya Seminar dan Sarasehan oleh Pussenkav Kodiklat TNI AD yang mengundang Perwira Kavaleri aktif dan Perwira Kavaleri yang sudah purnawirawan. Pada akhirnya polemik dapat dituntaskan dengan baik dan secara umum memahami bahwa kebutuhan MBT merupakan tuntutan kebutuhan pertahanan,” jelasnya.

Terlepas dari semua polemik yang berkembang, toh Main Battle Tank Leopard 2 resmi dibeli pada pertengahan bulan Desember 2012. Kontrak pembeliannya ditandatangani oleh Kementerian Pertahanan RI dan Rheinmetall Landsystem selaku produsen dari Jerman. Tahun 2014 kendaraan tempur tersebut sebagian sudah datang ke Indonesia untuk memperkuat jajaran Satuan Kavaleri TNI AD.

Proses pengadaan Tank Leopard 2 melalui skema G to G (government to government). Artinya kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Federal Jerman.

“Kita beli ke Jerman langsung tanpa melalui makelar. Kalau lewat makelar senjata, biaya bisa membengkak. Dengan demikian kita menghemat anggaran negara milyaran rupiah,” tandas alumnus Akademi Militer tahun 1982 ini. Langkah TNI Angkatan Darat tersebut menjadi percontohan dalam pengadaan alutsista.

Pembelian pun disertai transfer teknologi dan pengetahuan karena Undang-Undang mensyaratkannya. Jadi Indonesia melalui PT. Pindad memiliki kewenangan untuk merawat dan meng-upgrade MBT Leopard 2. Ini adalah tonggak kebangkitan industri pertahanan nasional dan menjadi catatan sejarah Indonesia yang membanggakan. Harapannya, Indonesia akan mandiri dalam membuat alutsista. Bahkan menjadi produsen senjata terkemuka di dunia.

beberapa Tank yang dimiliki Indonesia

AMX 13

APC

Indonesia juga berencana mendatangkan Tank Marder dari jerman. Indonesia akan mendapatkan sebanyak 164 tank dari 44 unit yang dibeli. Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jendral Pramono Edhie Wibowo mengakui secara jumlah total Indonesia akan mendapatkan 164 tank. Tank tersebut yakni 104 Leopard 2 tanks, 50 Marder 1A2 infantry fighting vehicles, 4 Armored Recovery Vehicles to tow tanks out of trouble, 3 mobile bridge-layers, and 3 AEV armored engineering vehicles.
AEV armored engineering vehicles

Marder 1A2

Marder 1A3


Rabu, 28 Agustus 2013

SU 27 Flanker Indonesia



 Sukhoi Su-27 (kode NATO: Flanker) adalah pesawat tempur yang awalnya diproduksi oleh Uni Soviet, dan dirancang oleh Biro Desain Sukhoi. Pesawat ini direncanakan untuk menjadi saingan utama generasi baru pesawat tempur Amerika Serikat (yaitu F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, dan F/A-18 Hornet). Su-27 memiliki jarak jangkau yang jauh, persenjataan yang berat, dan kelincahan yang tinggi. Pesawat ini sering disebut sebagai hasil persaingan antara Sukhoi dengan Mikoyan-Gurevich, karena Su-27 dan MiG-29 berbentuk mirip. Ini adalah keliru, karena Su-27 dirancang sebagai pesawat interseptor dan pesawat tempur superioritas udara jarak jauh, sedangkan MiG-29 dirancang untuk mengisi peran pesawat tempur pendukung jarak dekat.